CEGAH KORUPSI

CEGAH  KORUPSI
CEGAH KORUPSI

Rabu, 25 April 2012

7 Ciri Koruptor dari 7 Hurup Korupsi

\

12949677681627656767 
 
       Kalau semua para koruptor diborgol dan masuk penjara dari yang mulai kelas teri sampai kelas kakap atau kelasnya ikan paus, rakyat pasti senang dan pemerintah yang tegas dan berani pasti dukung. Ilustrasi:herdiansyah.web.id
Siapa sih koruptor itu? Seperti sebuah makhluk yang entah berantah yang sukar sekali diberantas. Bahkan ada istilah pembiaran terjadinya korupsi di berbagai bidang selama  tdak kurang dari empat dekat, 40 tahun! Bayangkan selama empat puluh tahun terjadinya korupsi, tapi dibiarkan saja. Sejak kapan ketemu angka empat puluh, rasanya mudah ditebak, ya coba itung aja sejak jaman “kerajaan” orda baru yang runtuh selma 32 tahun memerintah plus 8 tahun selama reformasi, klop 40 tahun!
       Reformasi berjalan sudah 13 tahun, kalau diambil patokan sejak mundurnya Soeharto tanggal 21 Mei 1998, dengan hitung-hitungan ini, berarti baru sekitar lima tahunan adanya usaha pembrantasan yang kelihatan nyata, walau belum maksimal, khususnya dengan adanya KPK, inipun banyak pihak yang gerah alias “kebakaran jenggot” ketakutan. Kok takut? Ya siapa lagi kalau bukan koruptor! Kita patut bersyukur, walau yang ditangkap kebanyakan baru kelas teri, bukan kakap atau pausnya!
Mungkin memang dibutuhan keberanian yang luar biasa bagi seorang pemimpin untuk memberantas korupsi, bukan main di wacana, tapi tindakan tegas yang tidak berorientasi kepada untung rugi dalam politik dan mempertahankan kekuasaannya. Karena bila oriantasinya kekuasaan, sampai dunia kiamatpun korupsi tidak bisa diberantas! Loh kok bisa begitu? Ya bagaimana bisa memberantas korupsi kalau takut kekuasaannya digoyang, tak berani, takut nanti dalam pemilu tak dapat dukungan politik!
Waduh pengatarnya kepanjangan, sebenaranya saya ingin mengurai kata KORUPSI itu satu demi satu, mari kita mulai:
       Pertama, hurup “K”, kurang bersyukur kepada Tuhan. Nah koruptor ini adalah orang yang kurang bersyukur atau tidak pandai bersyukur terhadap nikmat atau karunia yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Jadi walau sudah kaya dan bergaji besar serta mempunyai kedudukan tinggi tetap saja korupsi! Dirinya selalu merasa kurang, kurang dan kurang. Jadi kalau pakai istilah sebuah lagu,  hutan, gunung dan lautapun mau dimakannya!
       Kedua, hurup “O”, omongannya selalu manis, terutama ketika diadakan pemilu, ya janjinyapun manis, demi rakyat, untuk rakyat. Namun setelah keduduknya di dapat di lembaga-lembaga yang terhormat, baik ditingkat pusat atau daerah, maka rakyat dilupakan. Yang terjadi adalah bagaimana mengambil uang negara sebanyak-banyaknya, dengan berbagai dalih dan argumentasi yang kelihatan masuk akal, agar tidak terhendus oleh KPK!
       Ketiga, hurup”R”, rakus terhadap harta benda. Apa saja mau dimilikinya, dengan jalan apapun. sehingga dirumahnya yang megahpun bukan lagi nampak keindahan dan kenyamanan, tapi gudang! Rumah para koruptor indah dipandang mata, tapi rusak dalam pandangan hati nurani. Rumah itu megah, tapi sebenarnya kuburan! Mana ada rumah koruptur yang berisi rakhmat, taufik dan hidayahNya. Rumah yang birisi benda-benda hasil korupsi akan menjadi azab dikemudian hari, cepat atau lambat! Hidupnyapun tak tenang, jangan-jangan ketahuan, jangan-jangan terbongkar dan seterusnya.
       Kempat, hurup”U”, usahanya sebanyak mungkin mengambil uang rakyat atau uang negara, lagi-lagi dengan berbagai cara atau manipulasi, ya seperti si gayus tambunan itu atau “gayus-gayus” yang lainnya. Sehingga kalau mereka tak ketahuan akan terlihat sangat tidak wajar antara gaji yang di dapat setiap bulannya, dengan rumah atau mobil mewah yang dimilikinya. Sebenarnya dengan ketidak wajaran ini, sudah bisa dicari dari mana asal harta-harta tersebut? Tapi  karena yang mengusut dan yang diusut sama-sama korupsi, ya sudah yang terjadi adalah TST(tahu sama tahu) atau kalau istilah lain” sesama setan jangan saling mengganggu!” atau” maling jangan teriak maling!” nanti  rakyat pada bingung!
       Kelima, hurup”P”, “pantat botol” alias”muka badak” tak tahu malu, bergaya dengan mobil mewah, berjas dan berdasi, rumah menterang, bergaya, namun semuanya hasil korupsi! Kalau koruptor punya rasa malu, ya bukan koruptor namanya, yang repot keluarganya mendukung. Sang istri/suami(ternyata yang korupsi bukan hanya lelaki, perempuan juga ada yang korupsi) atau anak tidak tahu, atau tak mau tahu bahwa kalau dilihat gajinya, semestinya suami/istri atau bapak/ibunya tak punya ini semua, tapi mereka diam, pura-pura tak tahu dan baru menangis ketika suami atau bapaknya ditangkap KPK, diborgol,  masuk penjara! Jadi orang melakukan korupsi juga “di dukung” oleh keluarganya, keluarga koruptor adalah keluarga pantat botol, muka badak, tak tahu malu! Kan mestinya mereka mengingatkan suami atau bapaknya, jangan melakukan korupsi, bukanya mengingatkan bahkan menikmati dengan senang hati, jalan-jalan ke luar negeri dari hasil korupsi!
       Keenam, hurup”S”, sikat sana sini, sikut sana sini, agar bisa memanipulasi sebanyak-banyak, entah itu kwintansi, proyek bodong, SPJ akal-akalan, seminar atau lokakarya tipu-tipu, study banding dan lain sebagainya. Pokoknya sikat sana sini, sikut sana sini yang penting dapat mengambil uang rakyat sebanyak-banyaknya. Rakyat menjerit kelaparan, atau rakyat menjadi semakin miskin karena ulahnya, tak peduli.
       Ketujuh, hurup”I”, injak sana, injak sini. Siapa yang diinjak? Siapa lagi kalau bukan yang dibawahnya alias bawahan. Maka sering terjadi bawahan yang sudah gajinya jauh lebih kecil, masih di sunat, dipotong dengan berbagai dalih dan alasan. Terkadang antara yang diberikan dengan yang ditandatangani di kwitansi berbeda, yang dikasih 50 ke bawahan, yang dikwitansi 100! Bagaimana kalau bawahannya tak mau, siap-siap “disingkirkan” tidak diberikan job, dikucilkan, bahkan bisa dimutasi ke tempat yang jauh terpencil di ujung “dunia” sana atau bahkan dicari alasan yang dibuat-buat agar si bawahan yang “bandel” ini dipecat!
Lalu apakah pintu tobat bagi koruptor tertutup, tidak! Selama koruptor itu masih hidup dan dia bertobat lalu mengembalikan uang hasil korupsinya kepada negara, karena dia sudah menyesal ketika dipenjara dan tidak mengulangi perbuatannya lagi, insya Allah tobatnya diterima. Tentu tobat yang taubatan nasuha, tobat yang sunguh-sungguh, bukan tobat ketika di penjara, namun setelah keluar dari penjara, eh korupsi lagi! Yang begini mah pantas dihukum seberat-beratnya! Iya,  biar ada efek jera bagi koruptor lainnya, seperti yang dilakukan Cina. Masa Cina yang komunis berani bertindak tegas dan berani menghukum seberat-beratnya kepada para koruptor di negaranya, bahkan sampai hukuman mati! Kalau Indonesia karena punya sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, ya mungkin tidak sampai menghukum mati, cukup sampai setengah mati saja!
       Itulah tujuh citi koruptor dari tujuh hurup korupsi, yang bisa dijadikan ciri seorang itu koruptor atau tidak, tidak mesti semua ciri tersebut, dua atau tiga dari ciri diatas sudah terlihat jejaknya koruptor, apa lagi kalau sampai ketujuh ciri tersebut ada pada seseorang, sudah bisa dipastikan orang tersebut koruptor tulen! Tangkap segera, jangan dibiarkan atau ada pembiaran seperti diatas, 4o tahun ada pembiaran korupsi. Rakyat pasti senang kalau korupor itu diberantas sampai ke akar-akarnya, pemerintah yang berani dan tegas memberantas korupsi pasti didukung rakyat. Hanya para koruptorlah yang tidak senang dengan adanya KPK, hanya para koruptorlah yang tidak senang adanya pembuktian terbalik terhadap harta miliknya, hanya para koruptorlah yang tidak suka kepada pemerintah yang berani dan tegas untuk memberantas korupsi.
Semoga dengan tujuh ciri di atas, kita dapat mewaspadai dan memberikan umpan balik kepada lembaga-lembaga yang terkait, semoga para koruptor itu pada bertobat dan segera mengembalikan uang hasil korupsinya kepada negara dan semoga negara kita bebas dari korupsi, sehingga kesejahteraan bagi rakyat segera dapat terwujud. Amin. 

referensi:http://hukum.kompasiana.com/2011/01/14/7-ciri-koruptor-dari-7-hurup-korupsi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar